say "NO!!!" to Mesra Ala Aktivis..

Sabtu, 27 November 2010

| | |
“Shalat malam, Ukhti…”
Sebuah SMS mampir ke sebuah telepon seluler seorang akhwat pada awal sepertiga malam terakhir. SMS seperti ini tentu saja baik. Namun akan lain artinya jika yang mengirim ikhwan.

Bisa-bisa yang menerima jadi lebih tersentuh, terharu, berbunga-bunga, dan lebih suka… (Gimana… benar nggak?)

Alhamdulillah, di akhir zaman yang penuh cobaan, kita masih bisa melihat pemuda-pemudi, remaja-remaji semangat menggerakkan kegiatan Islam: menuntut ilmu, mengamalkan, dan mengajarkannya.

Bukan setan kalau tidak menggoda manusia. Di ladang dakwah para pemuda, ia pun tidak tinggal diam. Salah satu yang ia sambangi adalah gelora ketertarikan antar muda-mudi. Aktivis dakwah juga manusia biasa: mempunyai rasa tertarik dan membutuhkan lawan jenis.

Tidak bisa dipungkiri, sebagian kegiatan Islam memungkinkan persinggungan antara aktivis yang berbeda jenis. Inilah yang dimanfaatkan setan. Yang sebelumnya tidak tahu menjadi kenal. Dari kenal jadi sering berinteraksi. Dari sering berinteraksi akhirnya tumbuh rasa suka. Dari sekedar suka menjadi intens berhubungan. Jadilah dua aktivis lain jenis ini PACARAN ( terselubung ). Hakikatnya tak beda dengan mereka yang di tempat lain, cuma mereka aktivis.



Nah , Inilah beberapa media dan sarana yang bisa menjadikan cinta aktivis semakin menggelora:


1. RAPAT dan DISKUSI

Rapat atau diskusi antar aktivis yang diadakan tanpa hijab/tabir. Se-’aktivis’ bagaimanapun, kalau berhadapan dengan lain jenis tanpa tabir, ditambah hadirnya setan, sekali dua kali sangat mungkin tergoda untuk curi-curi pandang. Lagian yang dipandang tidak hanya diam. Masing-masing peserta akan saling lihat gaya bicara, mimik, serta bahasa tubuh. Hal-hal seperti ini juga memungkinkan untuk menarik hati.


2. PONSEL dan INTERNET

Teknologi saat ini seakan pisau bermata dua: bisa untuk kebaikan, bisa juga untuk kejahatan. Alat yang seharusnya oleh para aktivis digunakan untuk kebaikan saja, jadi ditunggangi kejahatan. Memang, setan tidak vulgar untuk menjerumuskan. Dengan lembutnya, setan mendorong mereka untuk mengirimkan SMS bernuansa kebaikan, nasehat, dan dakwah:

”Kirimkan ucapan doa. Kan dia baru ditimpa musibah”,

”Berikan dukungan atas perjuangannya”,

”Bangunkan dia untuk shalat malam”,

”Kirimi hadits tentang ini dan itu”, dan sebagainya.


Tapi apa niat di hati ketika mengirimkan nasehat itu? Bagaimana pula suasana hati penerima ketika menerimanya?

Beberapa saat kemudian, saling SMS pun tak hanya berisikan nasehat kebaikan. Setan meningkatkan muslihatnya. Jadilah SMS antar aktivis lain jenis berisi canda dan goda. Masalah yang bisa diselesaikan antar sesama jenis, jadi dicurhatkan ke si dia. Hati semakin terjerat oleh maksiat. Setan yang tertawa-tawa.

Internet, teknologi yang satu ini tak jauh beda nasibnya dengan yang di atas. Sebagaimana ponsel, internet menyediakan layanan antar pribadi, seperti chatting, email, dan personal message.

Jadi, hati-hati! Kalau sudah ada keinginan ’curhat pribadi’ dengan si dia, jangan-jangan hubungan sudah naik level.


3. RIHLAH dan TRAINING

Dalam pelatihan-pelatihan motivasi, peserta bisanya diminta saling membuat gerakan secara lebih bebas, teriakan-teriakan lebih lepas, ketawa-ketiwi juga lebih terdengar. Terlebih lagi dilakukan berkelompk. Gara-gara berkelompok, rasa malu lebih bisa terkikis. Coba perhatikan, nggak ada kan orang yang sendirian lompat-lompat, melempar bola, berteriak, dan tertawa-tawa. Kalau sendirian, pasti malu.

Kecuali pemain teater/sandiwara atau orang gila. Rusaknya, hal yang sudah rusak ini bisa dilihat lain jenis. Setan jadi lebih leluasa. Kata-kata pun meluncur:

”Aduuh.. lucunya kalau dia yang lempar bola”,

”Iiiiih... senyumnya... maniiiis deh”,

”Si dia pendiam rupanya. Malu-malu kucingnya itu bikin gemezzzz...”,
dan sebagainya.

Penggerak dakwah sering juga mengadakan rihlah. Acara ini juga menjadi kesempatan setan untuk memasang jebakan.

Dan yang tak kalah merusak adalah fenomena nasyid dan konser. Sedikit banyak ada saja akhwat yang mengidolakan para munsyid (pendendang lagu). Berapa yang memegang kamera untuk memotret artis idola mereka? Belum lagi, antara penonton akhwat dan ikhwan masih bisa saling pelirak-pelirik.


Kok bisa ya, aktivis jatuh cinta dan pacaran?

Memang rasa suka dan membutuhkan lain jenis itu normal. Namun yang perlu diatur adalah cara menyalurkannya. Contoh-contoh di atas tentu bukan cara penyaluran yang baik. Sebab fenomena ini adalah lemahnya iman para aktivis. Gara-gara nggak tahu agama, dipikirnya hubungan mesra aktivis boleh-boleh dan biasa-biasa saja, dengan alasan: ”Lho, ini kan bagian dari dakwah”, ”Tapi kan saya pakai hijab”.

Inilah contoh ketidaktahuannya. Atau bisa jadi sudah tahu, tapi lebih suka menuruti hawa nafsu.


Lingkungan juga berperan banyak. Kalau lingkungannnya cenderung membawa kerusakan dan kita tidak mampu untuk memperbaikinya, kita tinggalkan saja daripada nanti terpengaruh. Sebelumnya, sebaiknya kita menasehati dulu semampunya. Lingkungan jadi baik, itulah yang kita harapkan.

Semoga Allah memberi kita keteguhan di atas kebenaran. Aamiin... 


- - - - - - -

yap gimana komennya temen temen aktivis?? ada yang pernah ngalamin?? jujur sayapun pernah, dan baru menyadarinya setelah membaca ini.. terimakasih kepada pembuat note yang telah mengingatkan kepada yang seharusnya dijauhkan dari perbuatan yang kurang baik tersebut.. mari sesama aktivis kita saling mengingatkan and say "NO!! to mesra ala aktivis".. semoga ketidaktahuan kita dimasa lalu, tidak terulangi lagi dan diampunkan oleh Maha Pemurah, yaitu Allah Subhanahu Wata'ala. Amiin Allahumma Amiin.. jauhilah apa apa yang indah InsyaAllah mendapatkan yang indah pada akhirnya, Amiin..
- - - - - - -
Free Template Blogger collection template Hot Deals SEO

0 komentar:

Posting Komentar